Indonesia sebagai Negara majemuk sangat rentan untuk diadu domba melalui ujaran kebencian (hate speech) dan berita bohong (hoax), dengan tujuan merusak persatuan dan kesatuan NKRI. Apalagi ujaran dan hoax digunakan sebagai kepentingan politik dan radikal terorisme, Kamis 24 Mei 2018.
"Karena itu, momentum bulan ramadhan ini, bangsa Indonesia wajib memperkuat toleransi dan solidaritas kebangsaan, baik di dunia nyata maupun dunia maya," ujar Romo Frans Magnis Suseno, tokoh kebangsaan di Jakarta, Kamis 24 Mei 2018.
Ini menjadi tantangan berat bagi bangsa Indonesia. Namun tetap optimis, hal itu dapat dilakukan karena kemajemukan dan perbedaan itulah yang membuat Indonesia kuat. Asalkan semua bisa saling menerima dan menghormati, apalagi di bulan suci ini.
Tentunya ini bisa menjadi momentum terbaik bagi seluruh masyarakat Indonesia, untuk memerangi hal-hal negatif dengan saling menghormati dan menjaga toleransi.
"Untuk itu, kepada semua pihak agar dapat menahan diri dan membuang perasaan menang sendiri," katanya.
Hoax dan ujaran kebencian, apabila digunakan sebagai politisasi dapat menyulutkan permusuhan. Apalagi bila menggunakan unsur agama, yang sangat mengancam persatuan bangsa ini.
Maka dari itu, solidaritas langsung dan aktivitas di media sosial harus ditingkatkan untuk meminimalisasi hal-hal tersebut.
Menurutnya, pada kurun waktu 30 tahun terakhir, hubungan antar umat beragama di Indonesia justru semakin kuat dan positif. Contohnya saat terjadi serangan teroris dengan pedang di sebuah gereja di Yogyakarta, besoknya putra-putri muslim turun membantu membersihkan gereja. Begitu juga saat terjadi teror bom di Surabaya dan Sidoarjo beberapa hari lalu.
Tapi yang terpenting adalah kesediaan untuk saling menerima dan menghormati, yang akhirnya bisa saling menghargai sehingga terbangun hubungan positif.
Ditilik dari sisi sejarah, Indonesia adalah negara yang kuat dan kokoh. Merdeka bukan dari hadiah Negara lain, tapi hasil perjuangan para pahlawan bangsa. Kemudian jiwa persatuan dengan Sumpah Pemuda 1928, dan kemajemukan saat memutuskan ideologi Negara, terbukti menjadi pondasi kokoh yang mampu menjaga bangsa dari berbagai gangguan.
Bahkan saat reformasi 1998, lanjut Romo, dimana saat itu banyak pengamat yang meramal Indonesia akan pecah seperti Uni Soviet dan Yugoslavia. Tapi nyatanya, itu tidak terjadi dan Indonesia tetap jaya dengan Bhinneka Tunggal Ika-nya.
Sebab Indonesia Negara yang sangat berdaulat dalam menangani dirinya sendiri. Dari sejak merdeka, banyak masalah terjadi, tapi tidak sampai mengancam kebangsaan.
Kendati demikian, perlu mengingatkan adanya ancaman dari ideologi transnasional dari luar Negeri yang terus mengusik kedamaian dan kesatuan bangsa.
Ideologi itu dinilai sangat agamis fundamentalis, ekstrimistis, penuh kebencian, seperti ideologi yang dianut pelaku teror bom Surabaya. Bahkan ideologi itu sangat kejam dan menyayat hati. Apalagi aksi terorisme dilakukan sekeluarga yakni bapak, ibu, dua anak laki-laki, dan dua anak perempuan.
Untuk itu, ia berharapa, siapapun tidak diizinkan melakukan tindakan kekerasan dan kebencian sekelompok orang yang ingin merusak persatuan.
"Saling menerima, menghormati, menghargai, mendukung, dan mencintai, supaya Indonesia tetap menjadi Negara adil dan berperikemanusiaan menjadi kuncinya," imbuhnya.
POKERAYAM
ReplyDeleteJoin, Main dan Menangkan setiap hari
JEJARING LIVE CHAT KAMI DI WA | 0812-9608-9061 BBM | D8C0B757
untuk semua game poker persemnbahan dari IDNPlay ( PokerAyam |.|)
KAMI SIAP MELAYANI ANDA 24 JAM SETIAP HARINYA
Info Lebih Lengkap kunjungi Link kami : = = = = POKERAYAM (TITIK)ORG = = = =